Blog Nico Malir
Bagian dari pemikiran saya
Kamis, 05 Desember 2013
BOLA DARI MASA KE MASA
Sejarah Bola Piala Dunia: Dulu Bola Kulit Berat dan Pakai Tali
Oleh Rilam
Juni tahun depan, panitia Piala Dunia FIFA akan menggelar turnamen ke-20
di Brasil. Piala Dunia 2014, baru akan dilangsungkan setengah tahun
lagi, tapi gaungnya mulai terdengar. Tim nasional dari negara-negara
yang telah lolos ke putaran final telah bersiap dengan merilis kostum
baru mereka. Sementara Brasil terus berusaha membenahi infrastruktur
penunjang Piala Dunia 2014 agar selesai tepat waktu.
Piala Dunia merupakan perhelatan khusus, karenanya FIFA berusaha
untuk memberikan sesuatu yang spesial pula saat pemain berlaga di
lapangan hijau. FIFA pun berinisiatif untuk mempersiapkan bola yang akan
dipakai dalam turnamen empat tahunan ini.
Sebelum bekerja sama
dengan Adidas, dulu FIFA bekerja sama dengan banyak produsen peralatan
olahraga untuk mendesain bola yang dikhususkan untuk Piala Dunia.
Setidaknya ada tujuh bola yang dibuat oleh produsen berbeda sejak Piala
Dunia 1930 digelar hingga Piala Dunia 1966. Ketika itu, bola berbahan
kulit masih tebal dan dirasa sangat berat.
1. T-Model (Piala Dunia 1930, Uruguay)
T-Model
dapat dikatakan sebagai bola pertama Piala Dunia, yakni Piala Dunia
1930 yang dilangsungkan di Uruguay. Namun, pada saat itu T-Model
bukanlah bola khusus untuk Piala Dunia, karena bola dengan motif 12
panel itu juga digunakan dalam pertandingan turnamen sepakbola yang lain
seperti misalnya Olimpiade atau turnamen domestik.
T-Model
memiliki sebutan lain, yakni Wembley. Sebutan ini muncul karena bola
tersebut diproduksi oleh perusahaan asal Inggris, John Salter & Son
from Aldershot (London) dan diimpor oleh perusahaan asal Uruguay,
Clericetti & Barrela. Dengan menggunakan model ini, Uruguay berhasil
menjadi juara Piala Dunia pertama usai menggasak tim Argentina dengan
skor 4-2.
2. Federale 102 (Piala Dunia 1934, Italia)

Bola
ini bisa dikatakan memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Diberi
nama Federale 102, bola ini digunakan dalam pergelaran Piala Dunia 1934
di Italia yang pada saat itu dipimpin oleh Pimpinan Partai Fasis, Benito
Mussolini. Mussolini meminta FIFA agar Italia dapat memproduksi bola
mereka sendiri. FIFA pun menyetujuinya.
Italia pun menunjuk
E.C.A.S (Ente Centrale Approvvigionamenti Sportivi), yang tidak lain
merupakan produsen alat-alat sepakbola milik pemerintah. Perhelatan
Piala Dunia yang kedua ini seakan dikuasai Italia sepenuhnya. Bukan
hanya memaksa menggunakan bola produksi dalam negerinya, Italia pun
mampu menjadi juara setelah menumbangkan Cekoslovakia (Republik Ceko)
dengan skor 2-1 pada babak final.
3. Allen Coupe Du Monde (Piala Dunia 1938, Prancis)

Tidak
ada yang berubah dengan desain bola Piala Dunia 1938. Dengan desain
yang mirip dengan Federale 104 di Piala Dunia sebelumnya Allen Coupe Du
Monde menggunakan 13 panel, berbeda dengan bola Piala Dunia pertama yang
menggunakan 12 panel.
Allen Coupe Du Monde pun jadi bola Piala
Dunia pertama yang mencantumkan nama perusahaan yang memproduksi bola
untuk Piala Dunia. Akan tetapi, berbeda dengan Italia yang menjadi juara
ketika menggunakan bola buatan negeri sendiri, langkah Prancis terhenti
di perempatfinal usai dipermalukan juara bertahan Italia dengan skor
3-1. Italia tak terbendung dan kembali menjadi juara dunia setelah
mengalahkan Hungaria dengan skor 4-2.
4. Duplo T (Piala Dunia 1950, Brasil)

Piala
Dunia harus tertunda selama delapan tahun setelah Piala Dunia 1938 di
Prancis. Perang Dunia II membuat Piala Dunia tidak dapat dilangsungkan.
Setelah Perang Dunia II pada 1945, FIFA pun akhirnya memutuskan untuk
kembali melangsungkan Piala Dunia lima tahun kemudian dan menunjuk
Brasil menjadi tuan rumah.
Di Brasil, bola baru pun kembali
diperkenalkan, yakni Duplo T. Bola sepak Duplo T merupakan perkembangan
dari bola yang di diproduksi oleh Tossolini-Valbonesi-Polo & Cia
yang bermarkas di Argentina. Bola ini tanpa tali seperti bola-bola
sebelumnya. Tossolini-Valbonesi-Polo & Cia berhasil melakukan
terobosan baru dengan menghilangkan tali pengikat dan memperbaiki system
pompa.
Tossolini-Valbonesi-Polo & Cia membuka cabang di
Brasil dengan nama Superval (Superball) dan ditunjuk FIFA untuk
memproduksi bola di perhelatan saat ini. Sialnya, Brasil bernasib
seperti Prancis. Brasil hanya bisa jadi runner-up karena ditekuk Uruguay dengan skor 2-1.
5. Swiss World Champion (Piala Dunia 1954, Swiss)

Swiss
World Champions merupakan bola dengan desain yang baru. Setelah di
empat bola Piala Dunia sebelumnya menggunakan 12 dan 13 panel, bola
untuk Piala Dunia 1954 di Swiss menggunakan 18 panel yang diproduksi
oleh Sydsvenska Lader och Remfabriken. Alasan penggunaan 18 panel ini
agar mendapatkan bola yang lebih bulat.
Swiss World Champion pun
hadir dengan sesuatu yang baru, yakni penggunaan warna yang yang
berbeda. Ketika empat bola sebelumnya menggunakan warna coklat, Swiss
World Champions dihadirkan dengan warna kuning.
Bola ini membawa Jerman Barat menjadi juara dunia, setelah mengalahkan Hungaria yang menjadi runner-up dua kali berturut-turut.
6. Top Star (Piala Dunia 1958, Swedia)

Delapan
belas panel dari bahan kulit kembali dipertahankan saat Piala Dunia
1958 dilangsungkan. Tidak ada terobosan baru dari bola ini, dan lebih
terlihat seperti bola voli dibanding bola sepak. Bukan masalah teknologi
bola yang menjadi cerita dari bola bernama Top Star ini. Melainkan
sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan bola ini, Brasil
berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya.
Brasil saat itu
diperkuat pemain bintangnya Edson Arantes do Nascimento atau yang lebih
dikenal dengan nama Pele. Kemampuan Pele mengendalikan Top Star berhasil
membawa Brasil menjungkalkan tuan rumah. Brasil menang dengan skor
telak 5-2.
7. Crack Top Star (Piala Dunia 1962, Chile)

Empat
tahun setelah Top Star diluncurkan di Piala Dunia 1958, terobosan baru
untuk teknologi bola Piala Dunia pun tercipta. Memiliki nama yang mirip
dengan bola di Piala Dunia sebelumnya, Piala Dunia 1962 menggunakan bola
yang sepenuhnya baru, yakni Crack Top Star. Bola buatan Senor Custodio
Zamora H ini memiliki panel yang mulai dengan bola modern.
Dengan
panel baru tersebut, bola diklaim lebih mudah dikontrol dibanding dengan
bola-bola sebelumnya. Bahkan Adidas yang akhirnya jadi penyedia
bola-bola untuk Piala Dunia sejak 1970, menggunakan motif yang
terinspirasi dari Crack Top Star.
Crack Top Star menjadi saksi
ketika Brasil berhasil meraih gelar juara Piala Dunia untuk kali
keduanya. Brasil menjadi juara dunia setelah membuat Cekoslovakia
(Republik Ceko) menyerah dengan skor 3-1.
8. Challenge 4-star (Piala Dunia 1966, Inggris)

Diproduksi
oleh perusahaan asal Inggris, Slazenger, bola dengan nama Challenge
4-star ini menjadi bola Piala Dunia terakhir sebelum akhirnya produksi
bola diambil alih perusahaan asal Jerman, Adidas. Slazenger seolah
bernostalgia, karena menggunakan model yang mirip dengan bola Piala
Dunia 1958, yakni Top Star.
Challenge-4 merupakan bola bersejarah,
khususnya untuk rakyat Inggris. Sebab Timnas Inggris berhasil meraih
gelar juara Piala Dunia mereka dengan bola 24 panel ini. Jerman
memantapkan diri sebagai juara dunia setelah mengalahkan Jerman barat di
laga pamungkas dengan skor 4-2. (*Dari berbagai sumber/Vin)
Rabu, 20 Februari 2013
Nico Picture
Mentri Kehutanan menanam Pohon Karumama ini setahun yang lalau.
Sekarang tingginya suda 8 meter.-
Perhitungan stastitik untuk analisis tinggi pohon
Nama : Nicodemus Malir
Nri
: 100317045
Jurusan
: Ilmu Kehutanan
Tabel
1. Hasil perhitungan statistik untuk analisis regresi tinggi (Y)
|
||||||||
No
|
ID
|
Nama Jenis
|
Y [D (m)]
|
X [T (m)]
|
XY
|
Y2
|
X2
|
JK Total
|
1
|
2
|
Polyalthya longifolia
|
0,20
|
9,9
|
1,980
|
0,040
|
98,01
|
4,469
|
2
|
5
|
Dilenia sp.
|
0,03
|
2,2
|
0,073
|
0,001
|
4,84
|
31,203
|
3
|
8
|
Dyospirus celebica
|
0,29
|
10,5
|
3,045
|
0,084
|
110,25
|
7,366
|
4
|
12
|
Swietenia macrophyla
|
0,99
|
8,33
|
8,247
|
0,980
|
69,39
|
0,296
|
5
|
18
|
Swietenia macrophyla
|
0,08
|
8
|
0,640
|
0,006
|
64,00
|
0,046
|
Jumlah
|
1,593
|
38,930
|
13,984
|
1,112
|
346,489
|
43,380
|
||
Rerata
|
0,319
|
7,786
|
2,797
|
0,222
|
69,298
|
8,676
|
Dengan demikian,
persamaan regresi adalah: Y = 0.004 + 0.040X
Memprediksi
tinggi anakan (Y).
Berapa tinggi anakan pada 25 hari sesudah perkecambahan?
Y
= 0.004 + 0.040 x 25 = 0.004 + 1.009 = 1.049
Tinggi anakan pada
25 hari adalah 1,049 cm.
Jika regenerasi nyatoh dilakukan
lagi dengan kondisi yang sama, berapa tinggi anakan pada 14 hari
sesudah
perkecambahan?
Y
= 0.004 + 0.040 x 14 = 0.004 + 0.56 = 0.605
Tinggi anakan
pada 14 hari adalah 0.605 cm.
Jika
persamaan ini gambarkan dalam bentuk diagram, akan seperti Gambar 1.
Tabel
2. Prediksi tinggi anakan menggunakan
persamaan regresi
|
|
Diameter (X)
|
Prediksi Tinggi cm (y)
|
2
|
0,085076906
|
4
|
0,165796953
|
6
|
0,246516999
|
8
|
0,357735067
|
10
|
5,644066707
|
12
|
151,4613617
|
14
|
0,5694
|
16
|
0,65011723
|
18
|
0,730837276
|
20
|
0,811557322
|
22
|
0,892277368
|
Jika persamaan ini gambarkan dalam bentuk diagram,
akan seperti Gambar 2.
Gambar 1. Garis
regresi hasil rekonstruksi persamaan regresi Y=0.004+0.040X
Tabel 2. Prediksi tinggi anakan menggunakan
persamaan regresi dan anakan
hari
|
|
Diameter (X)
|
Prediksi Tinggi cm (y)
|
2
|
0,085076906
|
4
|
0,165796953
|
6
|
0,246516999
|
8
|
0,357735067
|
10
|
5,644066707
|
12
|
151,4613617
|
14
|
0,5694
|
16
|
0,65011723
|
18
|
0,730837276
|
20
|
0,811557322
|
22
|
0,892277368
|
9,9
|
0,20
|
2,2
|
0,03
|
10,5
|
0,29
|
8,33
|
0,99
|
8
|
0,08
|
Gambar
3. Hubungan regresi antara tinggi anakan nyatoh (Palaquium obtusifolium)
dengan umur (hari) sesudah perkecambahan.
Dalam Analisis
Regresi, perlu diketahui koefisien determinasi (r2) yang
menentukan keeratan hubungan
antara variabel Y
dan X yang dalam contoh kasus disini adalah tinggi dan umur anakan
nyatoh. Nilai r2
berkisar antara
0-1, dan semakin mendekati 1 maka keeratan hubungan akan semakin tinggi.
Persamaan regresi dengan nilai r2 diatas 0.5 dianggap memiliki
keeratan hubungan yang tinggi.
y= a+bx
|
|
a=0
|
|
b=
|
0,040
|
a=
|
0,004
|
Pertumbuhan Logistik Terbatas
|
|
JK Total=
|
0,045
|
JK Reg=
|
0,564
|
r2=
|
12,622
|
r2>0.5 = Korelasi Tinggi
|
Perhitungan koefisien determinasi
ini menunjukkan bahwa persamaan regresi linier Y = 0.004 + 0.040X
yang menghubungkan antara tinggi
(Y) dan umur (X) anakan nyatoh memiliki keeratan hubungan yang
sangat tinggi (r2=12.622). Ini
berarti bahwa persamaan regresi ini memiliki kekuatan tinggi untuk
memprediksi tinggi anakan dengan
menggunakan parameter umur pohon.
Langganan:
Postingan (Atom)